1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan
hal yang sangat fundamental dalam kehidupan. Peristiwa komunikasi bias terjadi
di mana-mana. Misalnya komunikasi antarmanusia dan lain-lain. Sebagai makhluk
social sudahtahukah anda pengertian komunikasi ?, manusia senantiasa ingin
berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui apa yang terjadi pada
dirinya. Rasa ingin tahu itu memaksa manusia untuk berkomunikasi.
Menurut professor Wilbur Schramm dalam
Cangara (2004:1) mengatakan tanpa komunikasi , tidak mungkin terbentuk suatu
masyarakat. Sebaliknya tanpa masyarakat, manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi.
2. Usur- Unsur Komunikasi
Usur- Unsur
Komunikasi ini akan di pelajari pada perkuliahan komunikasi Personal pada
Semester V jurusan teknik Informatika, dari catatan dosen yang saya dapat ada
beberapa unsur komunikasi yang harus kita perhatikan antara lain sbb :
Untuk dapat berkomunikasi secara
efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1.Komunikator.
Pengirim (sender)
yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur
yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber)
terjadinya suatu komunikasi
2.Komunikan.
Penerima (receiver)
yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan
akhirnya memberi respon.
3.Media.
Saluran (channel)
yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa
bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar,
bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4.Pesan.
Isi komunikasi berupa
pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan
pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan
komunikasi.
5. Tanggapan.
Merupakan dampak
(effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam
bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
jadi ada 5 unsur komunikasi yang harus
kita pelajari pada matukuliah komunikasi personal ini,memang pada komunikasi 5
hal tersebut sangatlah erat hubungannya, tidak boleh ada yang kurang
sedikitpun. jika ingin mendapat hasil yang sempurna dalam berkomunikasi.
3. BAGAIMANA MENYALURKAN IDE MELALUI KOMUNIKASI
3. BAGAIMANA MENYALURKAN IDE MELALUI KOMUNIKASI
Komunikasi dalam
organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa
berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah
wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka
untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah
membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide
melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima
berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya
saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan
diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar
mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses
komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah.
Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
I. IDE (gagasan) => Si Sender
II.PERUMUSAN
Dalam perumusan,
disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
III. PENYALURAN (transmitting)
Penyaluran ini adalah
bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
IV.TINDAKAN
Dalam tindakan ini
sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
V.PENGERTIAN
Dalam pengertian ini
disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si
receiver.
VI.PENERIMAAN
Penerimaan ini
diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok
inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi
kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting
dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga
koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian
sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau
organisasi, dan suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila
keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan keputusan juga sangat
memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari
pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya
koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau
lingkungan organisasi.
4. Hambatan-hambatan komunikasi
Banyak hal yang bisa
menghambat untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard R.S. dan
George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang
dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang
efektif, yaitu :
1. Mendengar. Biasanya kita mendengar
apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling
kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik
bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan
dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung
menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan
informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi
tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan
si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara
pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang
yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan
pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti
yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu
menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak
konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan
bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan
kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah,
seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi
yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa
suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
5. Klasifikasi Komunikasi Dalam
Organisasi
Di bawah ini ada
beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari beberapa
segi :
1.Dari segi sifatnya :
A. komunikasi yang berlangsung lisan /
berbicara: Komunikasi Lisan
cth: ngobrol, presentasi
B. komunikasi melalui tulisan:
Komunukasi Tertulis
Cth: sms, email ,
C. komunikasi yang
dibicarakan/diungkapkan: Komunikasi Verbal
cth: ngobrol, curhat
D. komunikasi yang tidak
dibicarakan(tersirat) : Komunikasi Non Verbal
cth: orang yang grogi gemetar tubuhnya
2. Dari segi arahnya :
A. komunikasi dari bawahan ke atasan :
Komunikasi Ke atas
B. komunikasi dari atasan ke bawahan :
Komunikasi Ke bawah
C. komunikasi ke sesama manusia /
setingkat : Komunikasi Horizontal
D. pemberitahuan gempa melalui
BMKG(tanpa ada timbal balik) : Komunikasi Satu Arah
E. berbicara dengan adanya timbal
balik/ saling berkomunikasi : Komunikasi Dua Arah
3. Menurut Lawannya :
A. Berbicara dengan lawan bicaras yang
sama: Komunikasi Satu Lawan Satu
banyaknya cth:berbicara melalui telepon
B. Berbicara antara satu orang dengan
suatu kelompok. Cth: introgasi maling dengan kelompok hansip : Komunikasi Satu
Lawan Banyak (kelompok)
C. Berbicara antara suatu kelompok
dengan kelompok lain. Cth: debat partai politik : Kelompok Lawan Kelompok
4.Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi yang berlangsung
resmi.cth: rapat pemegang saham : Komunikasi Formal
b. Komunikasi yang tidak resmi, cth :
berbicara antara teman : Komunikasi Informal
6. Faktor – faktor perubahan Organisasi
Sebuah perubahan dan
pengembangan dapatlah terjadi pada apapun dan siapapun tidak terkecuali dengan
organisasi. Tidak banyak individu atau organisasi menyukai adanya perubahan,
namun perubahan tidak dapat dihindari namun harus di hadapi.
Faktor perubahan dapat terjadi karna 2
faktor, yaitu factor internal dan factor eksternal.
Faktor internal adalah segala
keseluruhan factor yang ada di dalam organisasi dimana factor tersebut dapat
mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi.
Faktor eksternal adalah segala
keseluruhan factor yang ada di luar organisasi yang dapat mempengaruhi
organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa factor tersebut antara lain :
Politik, Hukum , Kebudayaan, Teknologi, Sumber alam, Demografi dan sebagainya.
Dari perubahan tersebut tentunya akan
berdampak pada beberapa perubahan dalam organisasi tersebut, seperti perubahan
sifat organisasi. Untuk menangani masalah tersebut, haruslah organisasi
tersebut menetapkan suatu tindakan atau kebijakan dan penyesuaian diri agar
sifat organisasi yang sebelumnya tidak lenyap dan terganti.
Saat terjadi perubahan struktur
organisasi, haruslah tetap berpegang teguh kepada prinsip bahwa struktur
organisasi telah disusun dan di tetapkan dengan tujuan memberikan suatu
gambaran tentang berbagai hal dalam organisasi tersebut.
Dalam melakukan perubahan dalam suatu
organisasi umumnya tidak berjalan dengan begitu lancar karna terdapat beberapa
hambatan dalam proses perubahan tersebut. Hambatan tersebut umumnya terjadi
dari luar atau dari factor ekstenal.
7. Proses perubahan
Organisasi apapun
tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh daripada berbagai perubahan yang
terjadi di luar organisasi. Perubahan tersebut mempunyai dampak tehadap
organisasi, baik dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak bersifat
negati apabila perubahan itu menjadi hambatan bagi kelancaran, perkembangan dan
kemajuan organisasi. Dampak bersifat positif apabila perubahan yang terjadi di
luar organisasi.
• MENGADAKAN IDENTIFIKASI
• MENETAPKAN PERUBAHAN
• MENENTUKAN STRATEGI
• MELAKUKAN EVALUASI
8. Ciri-ciri pengembangan Organisasi
Ciri-ciri
pengembangan organisasi adalah suatu strategi pendidikan yang komplleks yang
dimaksudkan untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai dan struktur organisasi
sehingga mereka dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru, pemasaran dan
tantangan, dan tinngkat yang memusingkan perubahan itu sendiri.
9. Metode pengembangan organisasi
Pengembangan
organisasi (PO) sebagai suatu disiplin perubahan perencanaan yang menekankan
pada penerapan ilmu pengetahuan dan praktek keperilakuan untuk membantu
organisasi-organisasi mencapai efektivitas yang lebih besar. Para manajer dan
staf ahli harus bekerja dengan dan melalui orang-orang untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu mereka membentuk hubungan yang efektif
di antara mereka. Di dalam menghadapi akselerasi perubahan yang semakin cepat,
PO diperlukan untuk bisa mengatasi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
tersebut.
Sejarah pengembangan organisasi
ditunjukkan oleh lima latar belakang/batang: pelatihan laboratorium, umpan
balik survei, riset tindakan, produktivitas dan kualitas kehidupan kerja, serta
perubahan strategik. Pertumbuhan yang berkelanjutan di dalam sejumlah
deversitas pendekatan PO, praktisi, dan keterlibatan organisasi membuktikan
sehatnya suatu disiplin dan menawarkan suatu prospek yang menguntungkan di
waktu mendatang.
10. Pengertian Kepemimpinan
Dalam bahasa
Indonesia “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina,
panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja,
tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks
hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi
orang lain dengan berbagai cara.
Istilah pemimpin, kemimpinan, dan
memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Namun
demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam
sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki
ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan
pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh
yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang
yang bukan “pemimpin”.
Arti pemimpin adalah seorang pribadi
yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu
bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa
tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan –
khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian satu beberapa tujuan.
11. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe
Otokratik
Semua ilmuan yang
berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang
tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.Dilihat dari
persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois.
Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
“keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
1.Kecenderungan memperlakukan para
bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan
dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
2.Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan
dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan
kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
3.Pengabaian peranan para bawahan dalam
proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan
pemimpin yang otokratik antara lain:
1. Menuntut ketaatan penuh dari para
bawahannya.
2. Dalam menegakkan disiplin
menunjukkan keakuannya.
3. Bernada keras dalam pemberian
perintah atau instruksi.
4. Menggunakan pendekatan punitif
dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
Tipe
Paternalistik
Tipe pemimpin
paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat
tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota
masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini
kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat,
para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Tipe
Kharismatik
Tidak banyak hal yang
dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang
kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang
sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang
sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang
dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu
dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
Tipe
Laissez Faire
Pemimpin ini
berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya
karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai,
tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak
terlalu sering intervensi.
12. Teori-Teori Kepemimpinan
Salah satu prestasi
yang cukup menonjol dari sosiologi kepemimpinan modern adalah perkembangan dari
teori peran (role theory). Dikemukakan, setiap anggota suatu masyarakat
menempati status posisi tertentu, demikian juga halnya dengan individu
diharapkan memainkan peran tertentu. Dengan demikian kepemimpinan dapat
dipandang sebagai suatu aspek dalam diferensiasi peran. Ini berarti bahwa
kepemimpinan dapat dikonsepsikan sebagai suatu interaksi antara individu dengan
anggota kelompoknya.
Dalam sejarah
peradaban manusia, dikonstatir gerak hidup dan dinamika organisasi sedikit
banyak tergantung pada sekelompok kecil manusia penyelenggara organisasi.
Bahkan dapat dikatakan kemajuan umat manusia datangnya dari sejumlah kecil
orang-orang istimewa yang tampil kedepan. Orang-orang ini adalah perintis,
pelopor, ahli-ahli pikir, pencipta dan ahli organisasi. Sekelompok orang-orang
istimewa inilah yang disebut pemimpin. Oleh karenanya kepemimpinan seorang
merupakan kunci dari manajemen. Para pemimpin dalam menjalankan tugasnya tidak
hanya bertanggungjawab kepada atasannya, pemilik, dan tercapainya tujuan
organisasi, mereka juga bertanggungjawab terhadap masalah-masalah internal
organisasi termasuk didalamnya tanggungjawab terhadap pengembangan dan
pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal, para pemimpin memiliki
tanggungjawab sosial kemasyarakatan atau akuntabilitas publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar